Senin, 11 Oktober 2010

Aku Ingin Bertaubat, Tetapi… "Mereka Mengancamku"


by 'Aisyah Al-Humaira' on Monday, October 11, 2010 at 1:34pm
Judul Asli :  I Want to Repent, But…

Penulis : Syaikh Muhammad Saleh Al-Munajjid

Mereka Mengancamku

Engkau mungkin berkata, “Aku ingin bertaubat tetapi teman-teman lamaku
mengancam untuk membuka masa laluku dan menyebarkan rahasiaku kepada
semua orang. Mereka memiliki gambar-gambar dan surat-surat lain yang
dapat dipergunakan untuk melawanku. Aku khawatir akan reputasiku, dan aku
takut.

”Nasihat kami adalah: Lawanlah kembali sekutu-sekutu syaithan ini. Tipu daya
syaithan adalah lemah, dan semua tekanan yang dibawakan oleh para penolong-
penolong iblis terhadapmu akan hancur di hadapan kesabaran dan kesungguhan
seorang Mu’min sejati.

Engkau harus menyadari bahwa jika engkau mencoba untuk berdamai dengan
mereka, hal ini hanya akan memberi mereka lebih banyak bukti yang dapat
dipergunakan menghadapimu, dan engkau akan menjadi orang yang merugi
cepat atau lambat. Jangan berikan perhatian apapun kepada mereka, mintalah
kepada Allah untuk menghadapi mereka dan katakan: “Hasbi Allahwa ni’mal wakil”
(Allah sebaik-baik Pelindung bagiku, dan Dialah sebaik-baik Penolong). Ketika
Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam merasa takut terhadap suatu kaum, beliau
berkata: “Ya Allah, kami memohon kepada-Mu untuk menangkap mereka pada
lehernya, dan kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan mereka.” (Diriwayatkan
oleh Ahmad dan Abu Dawud; lihat juga Shahih Al-Jami’, 4582)

Benar bahwa ini adalah keadaan yang sangat sulit. Ambillah contoh dari seorang
gadis yang telah bertaubat, tetapi bekas pacarnya meneleponnya dan mengancamnya
dengan berkata, “Aku telah merekam pembicaraan kita dan aku mempunyai foto-
fotomu. Jika kamu menolak untuk keluar denganku, maka akua kan mempermalukanmu
di hadapan keluargamu. Dia tentu saja berada pada posisi yang tidak akan membuat iri
(maksudnya orang lain tentu tidak ingin berada pada situasi seperti itu –pent.).

Lihatlah bagaimana cara sekutu-sekutu syaithan mengerahkan perang psikis terhadap
para penyanyi, aktor, pria dan wanita, yang telah bertaubat. Mereka menyebarluaskan
produksi mereka sebelumnya di pasar, untuk menekan mereka. Tetapi Allah menyertai
orang-orang yang takut kepada-Nya dan orang orang yang bertaubat. Dia adalah teman
dan penolong orang-orang Mu’min. Dia tidak akan mengabaikan atau meninggalkan
mereka. Tidak pernah seseorang yang memohon perlindungan-Nya ditolak. Ingatlah
bahwa bersama dengan kesukaran ada kemudahan dan dalam kesulitan ada jalan keluar.

Kisah yang menyentuh berikut ini memberikan kesaksian yang jelas dalam mendukung apa
yang telah kita katakan. Ini adalah kisah kepahlawanan sahabat yang mulia Marthad bin Abi
Marthad al-Ghanawi, yang menolong orang-orang Muslim yang tertindas pergi dari Makkah
menuju Madinah secara sembunyi-sembunyi.

Ada seorang laki-laki yang dipanggil Marthad bin Abi Marthad yang biasa menyelundupkan
tawanan perang Muslim dari Makkah ke Madinah. Ada seorang pelacur di Makkah bernama
‘Aanaq, yang dulunya merupakan teman Marthad. Martahd berjanji untuk membawa salah
seorang tawanan dari Makkah ke Madinah. Dia berkata, “Aku tiba pada bayangan salah satu
kebun Makkah pada malam purnama, kemudian ‘Aanaq datang dan melihat bayanganku
di kebun. Ketika dia menemuiku, dia mengenaliku dan berkata. “Marthad?” Aku berkata,“Marthad.”
Dia berkata, “Selamat datang! Kemarilah dan tinggallah bersama kami malam ini.” Aku berkata,
“Wahai ‘Aanaq, Allah telah mengharamkan zina.” Dia berteriak, “Hai orang-orang di dalam
kemah! Orang ini hendak membawa lari tawananmu!” Delapan orang laki-laki mengejarku,
dan aku memanjat Al-Khandamah (sebuah gunung diluar salah satu pintu masuk menuju dan
bersembunyi di sebuah gua. Mereka datang dan berdiri tepat diatasku, tetapi Allah membutakan
mereka dan mereka tidak melihatku, lalu mereka pergi. Aku kembali kepada sahabatku (tawanan
yang hendak dibawa ke Madinah) dan mengangkatnya dan dia adalah laki-laki yang gemuk.
Ketika kami sampai di Al-Udzkhar, aku membebaskan dia dari rantai yang mengikatnya. Dan
kemudian aku membawanya lagi dan perjalanan itu sangat sulit. Ketika aku sampai di Madinah,
aku mendatangi Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam dan bertanya, “Ya Rasulullah, haruskah
aku menikahi ‘Aanaq?” Aku bertanya kepada beliau dua kali. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam
tetap diam dan tidak menjawabku, sampai diturunkan ayat: “Laki-laki yang berzina tidak mengawini
melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina
tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu
diharamkan atas oran-orang yang mu'min.” (QS An-Nuur [24] : 3)

Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam berkata, “Wahai Marthad, laki-laki yang berzina tidak
mengawini melainkan perempuan yang berzina atau yang musryrik, dan perempuan berzina
tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik. Jangan kawini dia.

”Shahih Sunan At-Tirmidzi, 3/80).

Apakah engkau melihat bagaimana Allah melindungi orang-orang beriman dan bagaimana
Dia menyertai orang-orang yang berbuat kebaikan?

Namun jika yang terburuk datang pada yang terburuk, dan apa yang engkau takutkan terjadi–
mereka menyebarluaskan keburukan tentang dirimu – apa yang perlu engkau lakukan adalah
bersikap jujur dan menjelaskan keadaanmu kepada orang lain. Katakan kepada mereka,
“Ya, aku dahulu adalah seorang pelaku maksiat, namun sekarang aku telah bertaubat. Lalu
apa yang kalian inginkan?”

Kita semua harus mengingat bahwa kehinaan yang sebenarnya akan muncul tidak di dunia
ini, tetapi pada Hari Kiamat, pada Hari Perhitungan, Hari Kehinaan yang besar, tidak dihadapan
satu atau dua ratus orang, tidak dihadapan seribu atau dua ribu orang, namun dihadapan
seluruh mahluk, malaikat, jin, dan manusia, semua manusia dari Adam alaihissalam sampai
yang terakhir.

Marilah mengingat doa Nabi Ibrahim
“dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) dihari harta dan
anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati
yang bersih,” (QS Asy-Syu’ara [26] : 87-89)

Pada saat- saat tertekan, mohonlah pertolongan dengan doa Nabi Shallallahu'alaihi wa
sallam Allahummastur ‘auraatuna wa aamin rauaatuna. Allahumma aj’al tha’ranaa ‘ala
manzalamanana wansurna ‘ala man baghiya ‘alaynaa. Allahumma laa tushammitbinaa’-a’daa
wa laa’l-hasidiin. (Ya Allah, tutupilah kesalahanku dan tenangkanlah ketakutanku. Ya Allah
balaskanlah kami atas orang-orang yang menganiaya kami, dan Berikanlah kami kemenangan
atas orang-orang yang menyalahi kami. Ya Allah janganlah jadikan penyebab bagi musuh-
musuh kami atau orang-orang yang membenci kami bergembira atas kemalangan kami).”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar